Backdrope Bela Bangsa Bela NKRI

Bela Bangsa Bela NKRI [Event] Bersama Pejuang Literasi

Kegiatan Bersama Pejuang Literasi Mengusung Tema Bela Bangsa Bela NKRI

Minggu pagi, tanggal 10 November 2019, nggak seperti biasa aku telah siap bepergian di jam setengah delapan. Bukan tanpa sebab juga sih. Pasalnya, aku sudah mendaftarkan diri untuk mengikuti sebuah acara yang digagas oleh Pejuang Literasi, salah satu Komunitas Menulis di Semarang. Acara yang bertajuk “Bela Bangsa, Bela NKRI Bersama Pejuang Literasi” merupakan acara puncak untuk menyambut Milad kedua komunitas mereka. Dan jangan salah, pejuang literasi sudah ada blognya lho. Coba deh kunjungi mereka di Pejuang Literasi.

Kegiatan Bela Bangsa Bela NKRI : Story Telling dari Ndan Nabila

Seperti pejuang pada umumnya, maka sapaan hangat para anggota komunitas ini juga menggunakan sapaan “Ndan” bukan mbak atau ibu. Menarik ya. Kebayang nggak sih kalau aku juga dipanggil dengan sebutan Ndan Yuni. Berasa jadi anggota korps angkatan juga akutu. Oke fix, aku pun bertekad pedekate sama mereka lah nanti. Iya kali aku bisa dijeblosin ke Pejuang Literasi juga. Hehe…

Sambil menunggu acara dimulai, salah satu pengisi acara yang bernama Ndan Nabila didaulat untuk story telling di depan beribu peserta. Duh, hiperbola sih. Tapi ya emang pesertanya nggak sedikit juga. Bayangin lah, komunitas ini menyewa lantai dua di resto Pringsewu Semarang. Itu lho salah satu resto ciamik yang ada di daerah Kota Lama. Nantilah ku tunjukin di lain kesempatan.

Ndan Nabila bercerita mengenai Sumpah Pemuda dengan begitu ekspresif dan membuat para peserta acara begitu terhibur. Pokoknya nggak kayak kita dengerin pelajaran sejarah lah ya. Dulu, aku terkantuk-kantuk kalau pas pelajaran itu. Malah beberapa kali tertidur. Nggak tahu deh kalau sekarang.

Wanita berhijab pink itu bercerita bagaimana dulunya Negara kita masih terpecah belah dengan berbagai suku, hingga penjajah masih belum mau hengkang meski kita sudah merdeka. Namun, karena kegigihan Bung Tomo dengan satu semboyannya “Merdeka atau Mati”, akhirnya bisa mempersatukan beragam suku menjadi satu kesatuan yaitu tanah air Indonesia. Kemudian melahirkan Sumpah Pemuda yang selalu kita peringati setiap tanggal 28 Oktober. Sudah hapal dong teks sumpah pemudanya? Ada yang belum hapal? Ayo dong ingat lagi bagaimana para pahlawan mau mengorbankan jiwa dan raganya untuk Bela Bangsa Bela NKRI.

[Bedah Buku] Kegiatan Bela Bangsa Bela NKRI : Rihlah to Jannah Bersama Ndan Andis Rinjani

Bedah Buku Rihlah to Jannah
Acara selanjutnya adalah bedah buku “Rihlah to Jannah” yang sudah dicetak sebanyak lima kali dan sudah terjual ratusan eksemplar. Wow, amazing banget ya. Penasaran nggak sih? Buku yang ditulis oleh 20 penulis itu bercerita tentang apa sampai bisa laris manis?

Jadi begini, salah satu penulisnya, Ndan Andis menceritakan bahwa buku tersebut adalah kumpulan kisah para orang tua yang diamanahi dengan anak istimewa. Anak-anak hebat yang dititipi nikmat berupa autis, rubella, penyakit jantung bawaan dan lain sebagainya. Dan sudah tentu, nggak akan mudah mendapat amanah tersebut. Belum lagi kenyataan bahwa nggak semua pihak bisa menerima mereka dengan tangan terbuka. Beberapa bahkan tega membully keistimewaan itu. Jika hati mereka hanya sebesar gelas, maka mereka tidak akan mampu menampung segala pendapat yang terlontar.

Menurut Ndan Andis, selain dari kisah pengalaman dari para orang tua, kita juga akan menemukan pendapat para ahli terkait keistimewaan yang dimiliki anak-anak mereka. Sehingga, buku setebal 300 halaman itu, syarat akan pengetahuan dan pengalaman. Beliau juga menuturkan bagaimana pentingnya support dari keluarga untuk menghadapi tekanan dari luar. Selain itu, para orang tua juga harus kuat sebelum menguatkan anak-anak mereka, terlebih anak-anak istimewa.

Kabar baiknya adalah team penerbitan Pejuang Literasi akan membuka Pre Order untuk cetakan keenam buku ini. Keren ya.

[Bedah Buku] 101 Dosa Penulis Pemula Bersama Isa Alamsyah

Kalau ditanya, siapa yang suka nulis? Tentu aku akan mengangkat tangan terlebih dahulu. Lalu, kalau dikejar pertanyaan, apa tujuan nulis? Kalian mau jawab apa? Sekedar hobi? Menghabiskan waktu luang? Atau malah sebagai sumber penghasilan? Yang jelas, Ayah Isa Alamsyah mengaku sudah mendapatkan banyak hal dengan menulis. Pesan beliau adalah jangan takut bermimpi. Kalian punya kesempatan yang sama untuk bisa mewujudkannya.

Baca juga Berjualan Daring di Sosial Media

Orang bodoh tidak belajar dari kesalahan.
Orang pintar belajar dari kesalahannya.
Orang bijak akan belajar dari kesalahan orang lain.
Orang kreatif akan memikirkan hal yang bahkan belum terjadi.

Bedah Buku 101 Dosa Penulis Pemula

Diawali dengan beberapa ilustrasi tersebut, ayah Isa Alamsyah mulai menceritakan buku berjudul “101 Dosa Penulis Pemula”. Kesannya kok jadi gimana gitu ya baca judulnya. Aku jadi merasa berdosa banget. Maklumlah, aku ‘kan juga masih penulis pemula. Tapi ternyata mah itu cuma pemilihan diksi saja sih ya. Biar lebih ada geregetnya gitu lho.

Bermula dari grup kepenulisan yang beliau bentuk, ayah Isa menemukan banyak sekali kesalahan penulis yang kemudian menginspirasi beliau menuliskan buku ini. Wadau, jadi was-was nggak sih bacanya. Jangan dong ya! ‘Kan biar kita nggak jadi orang bodoh yang nggak mau belajar dari kesalahan. Minimal kalau mau salah mah jangan mengulang kesalahan yang sama gitu. Masih banyak lho kesalahan yang belum kita cobain. Eh…

Contoh kesalahan : Serangan Aku

Ketika aku masuk kamarku, ku lihat adikku sedang tidur.

Aku bacanya saja geli. Apalagi editornya ya. Hehe… Jadi, bagaimana kalimat yang lebih baik untuk kalimat di atas? Seperti ini,

Ketika aku masuk kamar, ku lihat adik sedang tidur.

Ya iya dong. Kalau misalkan kita masuk kamar, sudah tentu kita masuk kamar kita sendiri. Tanpa menambahkan kepemilikan pun, orang-orang sudah paham akan hal itu. Begitu juga dengan adik. Bisa jadi sih, adik tetangga akan menumpang tidur di kamar kita. Tetapi kalau kejadiannya begitu ‘kan kepemilikannya bukan ku yang harusnya ditulis. Sampai sini sih, aku paham menyelesaikan kesalahan ini.

Itu hanya satu kesalahan. Masih ada 100 lagi kesalahan yang dibahas di bukunya. Aku jadi mikir lagi, sanggup nggak ya aku melihat kesalahan-kesalahanku sendiri?
Final Lomba Baca Puisi Tingkat SMP dan SMA yang Diadakan oleh Pejuang Literasi
Di penghujung acara, kita disuguhi dengan penampilan finalis lomba baca puisi tingkat SMP dan SMA serta penampilan dari Ndan Woro. Nggak kebayang sih, adik-adik itu membaca puisi karya mereka sendiri dengan tema “Bela Bangsa, Bela NKRI”. Menurut pengakuan mereka, pembuatan puisi itu cuma beberapa jam saja. Wajar sih, pas babak penyisihan ‘kan puisi yang dibaca sudah disediakan sama panitia. Benar-benar calon sastrawan banget lah kalau kataku juga.

Terakhir, mengutip perkataan ayah Isa Alamsyah, “jika kalian menemukan sesuatu yang menarik dan hebat, jadikan itu mimpi kalian. Dan jangan pernah berhenti berusaha untuk mewujudkannya”

With Love

My Another Blog

42 thoughts on “Bela Bangsa Bela NKRI [Event] Bersama Pejuang Literasi

  1. Wah bagus banget acaranya Mbak yuni. Kok aku nggal tahu ya heheh. Tahu gitu kemarin ikut dong ah, kan deket tu semarang ama Kudus. Boleh dong Mbak kalau ada acara seru gitu colek saya. Kali aja pas ada waktu bisa ikut. Jadi nambah ilmu fan saudara.

    1. Hehehe,,, maafkan yuni mbak ulfah. Nanti kedepannya kalau ada acara menarik lagi di Semarang, sampeyan saya kabari dah.

    1. Iya mbak. Menulis itu ternyata nggak mudah kalau kata yuni juga. Susah malah. Tapi kalau mau belajar sih semua jadi bisa diatasi. HEhehe

  2. Acaranya Bela Bangsa Bela NKRI tapi sampai ke pejuang literasi dan baca puisi, keren bangets. Dan setuju dengan Ayah Isa: jika kalian menemukan sesuatu yang menarik dan hebat, jadikan itu mimpi kalian. Dan jangan pernah berhenti berusaha untuk mewujudkannya”
    TFS Mbak Yuni

  3. Salam hormat Ndan Yuni!
    Hihihi…. eh kedengaran bagus tuh dipanggil Ndan.

    Aacaranya keren dan sangat mengedukasi, ada Pak Isa Alamsyah lagi, suaminya Asma Nadia.
    Andai ada kegiatan kayak ini di kotaku, pasti deh tak mau ketinggalan.

  4. Seneng banget mbak bisa ikutan acara pejuang literasi macam itu, ada Pak Isa Alamsyah pula… banyak banget insight yang didapat setelah acara pastinya…. Sukses terus ya mbak, kita ramaikan dunia literasi indonesia dengan tulisan-tulisaan kita

  5. Unik ya Pejuang Literasi ini. Panggilannya pakai Ndan hehehe. Aku tandain kalimat ayah Isa Alamsyah : “jangan takut bermimpi. Kalian punya kesempatan yang sama untuk bisa mewujudkannya.” Ngomong-ngomong jadi pengin punya buku 101 dosa penulis pemulanya deh. Sebagai pemula, aku sungguh penasaran pengin belajar

  6. betul anak istimewa tak seharusnya dibully. bahkan dukungan keluarga adalah yg utama, ditambah lingkungan sekitar yg tidak membuat sang anak jadi olokan

  7. Siap ndan! Hahaha

    Acaranya keren mbak Pengen sesekali. Ikutan acara2 begini. Emang aktif ikut event tentang buku2 atau penulisan mbak?

  8. Ketika aku masuk kamar, ku lihat adik sedang tidur.

    ini masih bisa diefektifkan lagi:
    Ketika masuk kamar, kulihat adik sedang tidur.

    Aku sudah punya buku ini. Memang bagus untuk belajar para penulis pemula maupun lanjut.

    1. Yups, Mas. Bukan hanya cerita pengalaman, tapi ada pendapat dari para ahli juga. Jadi lengkap bin kumplit dah. Hehehe

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *